Monday, July 25, 2005

It's Porsche!

Wednesday, July 20, 2005

View From The Top

Foto ini aku ambil dari lantai 29, Hotel Hilton, Kuala Lumpur, pada Maret lalu. Gedung di bagian tengah bawah adalah Museum Negara Malaysia. Di latar belakang sebelah kanan tampak Maybank Tower berdampingan dengan Petronas Tower.

Friday, July 15, 2005

Help!

Every Brand Has It Stories

Di balik sebuah merek, simbol atau logo, pasti tersimpan cerita. Cerita akan penemuan, cerita akan keberanian, cerita akan kerja keras, cerita akan seni dan keindahan, cerita akan kegagalan, cerita akan kesuksesan, cerita akan inovasi, cerita akan misteri. Tertarikkah Anda menemukannya?

Not to mention, Jaguar

hatinansunyi

Di tengah ramainya dunia fana, di tengah bermacam pikiran yang berkecamuk, hatiku merindu sunyi. Sunyi yang diselimuti udara segar nan bersih pagi hari.

Hatiku, hatinansunyi, ingin segar, ingin bersih, ingin murni, walau tidak suci.

Hatinansunyi merindu kedalaman, hatinya mendamba pengetahuan, haus akan kearifan. Hatinansunyi ingin berbagi di tengah keterbatasan.

Hatiku, hatinansunyi merindu kasih. Kasih sejati untuk cinta sejati.

Cikini, medio Juli 2005

Wednesday, July 06, 2005

Anakku

Anakku bernama Muhammad Yahya Ayyashy Mujahidan. Muhammad, harapan sempurna untuk menjadi mujahid. Lahir di Rumah Sakit Islam Kudus, tanggal 10 September 2001, dari seorang ibu yang cantik, istriku tercinta, Ning. Ibumu masuk ke ruang bersalin jam 21.00, Nak. Aku, ayahmu, menunggu sambil menangis, terus menangis, berdoa. Sujudku tak mampu menghentikan tangisku. Detik demi detik berlalu, ibumu terus berusaha dengan sisa tenaganya melahirkanmu. Aku, ayahmu Nak, hanya menangis. Tiga jam berlalu, tepat jam 01.00 pagi, ku dengar tangismu. Kubisikkan adzan di telingamu. Ku cium kening ibumu Nak, cantik sekali ibumu saat itu. Sehari sesudahnya, 11 September, WTC runtuh, dadaku bergemuruh, kesombonganku pun luluh…

Muhammad Yahya Ayyashy Mujahidan

Monday, July 04, 2005

MPV Terus Melaju

Pasar MPV di Indonesia bertumbuh dengan cepat. Namun pasar ingin lebih cepat lagi

Anda suka Jazz? Jika Anda menjawab pertanyaan ini dengan anggukan kepala, maka tidak salah apabila Honda menamakan sedan hatchback lima pintu andalannya dengan nama yang sama, Jazz. Setelah sukses merambah pasar Eropa—produk yang dijual di Jepang dengan nama Honda Fit ini—kini meraja di pasar Asia, menebar pesona bagaikan pesona musik asal New Orleans itu. Di Indonesia, Honda Jazz –yang diluncurkan pertama kali pada Februari tahun lalu—langsung disambut meriah oleh para konsumen di tanah air.

Menurut Jonfis Fandy, Sales & Marketing General Manager, PT Honda Prospect Motor (HPM), pada bulan Mei ini, Honda Jazz berhasil mencapai angka penjualan bulanan tertinggi, yaitu 4.100 unit, menyumbang 65,5% penjualan Honda. Jumlah tersebut meningkat 34,1% dibanding penjualan bulan April lalu, yang tercatat sebanyak 3.057 unit. “Tren penjualan dan pemesanan Honda Jazz terus menunjukkan arah yang positif. Pencapaian ini akan terus kami tingkatkan pada bulan-bulan berikutnya,” ujarnya.

Pasar kendaraan komersial di kelas MPV dan small MPV telah melonjak signifikan sejak tahun lalu. Honda Jazz—bersama Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia—mampu menjadi lokomotif yang menarik kencang penjualan mobil di tanah air. Pasar yang tahun itu hanya diprediksi naik 15-25%—dengan total penjualan menjadi 380.000 hingga 400.000 unit—di luar dugaan melonjak drastis menembus rekor penjualan baru—mencapai 434.851 unit pada akhir 2004. Tren ini sepertinya akan terus berlanjut.

Berdasarkan data penjualan Mei dari Gaikindo, penjualan MPV dan low MPV terus menapak tajam. PT Toyota Astra Motor (TAM) mengukuhkan diri sebagai juara dengan penjualan MPV dan low MPV Mei sebesar 12.039 unit (47% pangsa pasar). Toyota Avanza mendominasi kelas low MPV dengan pangsa pasar 29,9% dengan terjual sebanyak 4.661 unit. Sementara Daihatsu Xenia mencatat penjualan sebesar 2.286 unit atau meraih 14,7% pangsa pasar. Di kelas MPV, Kijang Innova terus memimpin dengan 76,58% pangsa pasar atau terjual 7.375 unit.

Selama lima bulan terakhir, total penjualan mobil di segmen MPV dan small MPV (low MPV), mencapai angka 115.766 atau menyumbang 50,3% penjualan mobil komersial. Segmen low MPV menyumbang 30% pangsa pasar sementara MPV menyumbang 20,3%.

Sedan terpuruk

Prestasi yang mengagumkan ini jauh meninggalkan penjualan di segmen sedan. Total penjualan sedan selama lima bulan terakhir “hanya” mencapai 11.570 unit. Menurut Riyanto, peneliti di LPEM-UI, pangsa pasar sedan terus turun selama tiga tahun terakhir, dari 16% pada 2002 menjadi 11% pada 2003 dan turun lagi menjadi 10% pada 2004. “Dari wacana yang berkembang saat itu, penyebabnya adalah harga,” ujarnya kepada BusinessWeek Indonesia, 16 Juni lalu. Inilah yang menjadi alasan Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag)—sekarang menjadi Departemen Perindustrian—meminta LPEM-UI untuk melakukan kajian terkait kemungkinan menurunkan tarif bea masuk dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM). “Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan pasar sedan-sedan kecil (small sedan),” ujar Riyanto.

Hasilnya mengejutkan: semakin besar pengurangan PPnBM dan tarif bea masuk di kelas sedan kecil, semakin buruk dampaknya bagi pasar otomotif secara keseluruhan. Dalam simulasi yang dilakukan LPEM UI, Riyanto bahkan mengurangi pajak dan tarif bea masuk hingga 0%. “Ketika harga sedan sudah mendekati harga MPV, bukan pasar yang berkembang, tapi hanya akan terjadi peralihan (dari MPV ke sedan),” ujarnya. “Insentif khusus di kelas sedan akan berdampak buruk bagi kelas yang lain.”

Menciptakan pasar

Masalahnya adalah bagaimana menciptakan pasar yang lebih luas. LPEM UI akhirnya menemukan titik optimal pengurangan tarif bea masuk dan PPnBM bagi semua segmen. Rekomendasi final: tarif bea masuk sedan kecil CBU (completely built up) diturunkan 20% dari 65% menjadi 45%, sementara tarif CKD (completely knocked-down) turun 20% dari 35% menjadi 15%. Tarif bea masuk 4X2 CBU diturunkan 20% dari 45% menjadi 25%, sementara tarif bea masuk CKD direkomendasikan turun 10% dari 15% menjadi 5%. Untuk PPnBM, tarif sedan kecil diusulkan turun menjadi hanya 10% dari tarif lama yang 30%. Sedan medium turun dari 30% menjadi 10%, sementara untuk 4X2 turun dari 10% menjadi 5%. “Konsep yang harus dipegang, PPnBM untuk sedan harus lebih tinggi dari 4X2, terutama 4X2 small,” ujar Riyanto.

Seiring dengan penurunan pajak dan bea masuk tersebut, harga MPV, low MPV dan sebagian SUV (Sport Utility Vehicle)—yang masuk ke segmen 4X2—plus sedan kecil secara rata-rata akan turun 26%. Pasca penurunan harga, segmen MPV dan low MPV ternyata menunjukkan kenaikan pangsa pasar tertinggi. “Kalau harga MPV turun 10%, permintaannya akan naik 21%. Pasar total MPV akan naik menjadi 23%,” ujar Riyanto. Pangsa pasar sedan kecil juga akan naik 17%. Dengan pangsa pasar yang meningkat, pemerintah diharapkan mampu menutupi berkurangnya pendapatan dari PKB (Pajak Kendaraan Bermotor).

Alih-alih menurunkannya, menurut Jonfis, pajak untuk small MPV saat ini posisinya sudah seimbang (fair). “Karena dari dulu memang proteksinya di sana,” ujarnya pada BusinessWeek Indonesia, 23 Juni lalu. Namun khusus untuk sedan, sekarang pajaknya memang lebih tinggi . Ia mencontohkan pajak Honda City 1500cc yang 30%, lebih tinggi dibandingkan pajak Honda CRV 2000cc yang 20%. Contoh lain, Jazz, secara teknologi sama dengan Honda City, namun karena ada selisih pajak, harga Jazz bisa lebih murah. “Memang jadi tidak seimbang, namun hal ini harus diteliti dengan baik. Masing-masing negara punya kebijakan sendiri, proteksi sendiri, yang secara historis sudah panjang,” ujarnya. Secara umum Honda menyambut baik usulan penurunan pajak ini karena Honda mempunyai jajaran produk ber-cc kecil. “Karena cc kecil adalah harapan satu-satunya masyarakat bisa membeli mobil,” ujarnya.

Menggoda

Secara spesifik, harapan utama tetap pada harga. Munculnya Xenia dan Avanza tahun lalu dengan harga di bawah Rp100 juta terbukti mampu menggoda “iman” konsumen. “Sebanyak 60% dari mereka yang tidak berencana membeli mobil tahun itu, berubah pikiran,” ujar Riyanto. Penjualan yang didorong oleh Daihatsu Xenia, Toyota Avanza—dan Honda Jazz, memunculkan teori bahwa pasar Indonesia “ramah” dengan produk MPV yang berharga di bawah Rp150 juta. Honda Jazz yang laris manis bak kacang goreng itu, baru-baru ini kembali diluncurkan dengan mesin baru, dengan harga yang masih di bawah Rp150 juta (untuk tipe manual). “Kami menargetkan penjualan 45.000 tahun ini,” ujar Jonfis. Apabila terwujud, Jazz akan meraih 83% pangsa pasar mobil kompak lima pintu di Indonesia, naik dari 77% tahun lalu.

Dengan pajak dan tarif bea masuk turun, harga juga dipastikan turun. Menurut Kenji Otaka, President Director HPM, pihaknya akan meninjau harga apabila pemerintah menurunkan pajak. Jonfis mengamininya,” Kalau pajak turun, harga Honda pasti turun,” ujarnya. Tapi apakah dengan harga turun penjualan akan naik? Itu yang menurut Jonfis sulit untuk dipastikan. “Karena tergantung dari apakah katagori lain pajaknya juga dirubah atau selera masyarakat juga berubah,” ujarnya.

Sarang MPV

Namun usulan perubahan pajak dan bea masuk sepertinya hanya akan mempermanis industri MPV dan low MPV di tanah air yang memang sudah bergairah. Menurut Riyanto, prinsipal sejak awal telah berkeinginan menjadikan Indonesia sebagai basis pengembangan MPV di Asia Tenggara. Prinsipal seperti Nissan juga berencana untuk masuk, mengikuti Toyota, Suzuki, Daihatsu dan Honda. Investasi baru terus mengucur. Tahun ini, Toyota Motor berencana menambah kapasitas produksi di kedua pabriknya yaitu Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Kawarang, Jawa Barat dan Astra Daihatsu Motor (ADM) di Sunter, Jakarta Utara.

TMMIN khususnya akan menambah kapasitas produksi produk MPV-nya, Kijang Innova, menjadi 100.000 unit per tahun—meningkat dari 70.000 unit—dengan investasi sebesar $40 juta (sekitar Rp380 miliar). Menurut Sachio Yamazaki, Presdir ADM, pihaknya mendapatkan suntikan dana sebesar $10 juta (sekitar Rp95 miliar) yang menambahkan secara kumulatif investasi ADM menjadi $100 juta. Dana ini digunakan untuk memperluas pabrik dan menambah kapasitas produksi menjadi 114.000 unit per tahun dari 84.000 unit. Honda telah menambah investasi sebesar $3 juta untuk pabriknya tahun ini sementara Suzuki mengucurkan 115 miliar yen--di luar pembangunan infrastruktur-- untuk memproduksi Suzuki APV yang ditujukan untuk pangsa pasar ekspor (25.000) dan pasar lokal (45.000).

Mercedes Benz tidak mau kalah. Baru-baru ini produsen Jerman ini meluncurkan A-Class yang juga berjenis MPV untuk melengkapi jajaran produknya. Menurut Yuniadi H. Hartono, Deputy Director, Marketing Planning and Communication (MPC), PT. DaimlerChrysler Distribution Indonesia, pihaknya membidik konsumen yang membutuhkan kendaraan kedua atau ketiga dengan kisaran harga antara Rp250 - 300 juta. Tahun ini ia menargetkan penjualan hingga 300 unit. “Jumlah pesanan yang masuk sudah 160 unit,” ujarnya.

Investasi yang intensif, pasar yang terbuka luas—tahun ini Gaikindo menargetkan penjualan mobil mencapai 520.000 unit—dan usulan penurunan pajak dan bea masuk—terlepas disetujui atau tidak oleh pemerintah—tampaknya akan semakin mengukuhkan Indonesia sebagai sarang MPV di Asia Tenggara dan siapa tahu, di dunia. Oleh Hizbullah Arief di Jakarta.

Untuk BOX:

520.000 unit

Target penjualan mobil tahun ini